Thursday, January 27, 2011

D-Arts Omegamon/Omnimon








Akhirnya nulis tentang figure deh di blog ini.. Tak apalah udah lama juga udah gak nulis.

Oke, D-Arts.. Salah satu line action figure terbaru dari Bandai. Berbeda dengan SHF yang memiliki porsi yang cukup banyak untuk action figure bersendi dimana SHF mencakup kamen rider dan beberapa karakter anime-anime, D-Arts lebih menjurus kepada action figure dari karakter game ya meskipun ada juga sih beberapa yang karakter dari anime. Sejauh ini D-Arts yang sudah rilis baru karakter dari Digimon, yakni Wargreymon. Sisanya yang akan rilis ada Omegamon atau Omnimon, Rockman X atau Megaman X, Metabee dari Medabots, serta beberapa karakter lagi dari Digimon seperti Metalgarurumon dan Beelzemon.

D-Arts Omegamon atau Omnimon sendiri dijadwalkan rilis bulan depan, Februari 2011 dengan tinggi figure sebesar 170mm. Salah satu Royal Knights di anime Digimon ini merupakan Digivolve dari dua digimon, Wargreymon dan Metalgarurumon. Meskipun tampaknya figure minim aksesoris untuk digunakan dalam bermacam-macam pose, figure D-Arts ini sebenarnya sudah cukup mantap untuk dipose sedemikian rupa.


*Pic credits to: Hobby Search & Blog.amiami.com

Renaissance

"Renaissance"

kata yang dalam bahasa Perancis berarti "Lahir Kembali"

Siapa coba di dunia ini yang tidak ingin terlahir kembali? kabarnya dosa-dosa yang menumpuk bisa hilang tanpa bekas. Akan tetapi meskipun rasa bersalah atas dosa-dosa itu hilang, mereka pasti selalu berkata "Dosa manapun tidak akan pernah hilang seberapa banyak dirimu pernah lahir kembali, Bung"

Manusia jelas bukanlah makhluk yang sempurna. Hei, tidak ada yang pernah sempurna di dunia ini. Semua punya kekurangannya sendiri-sendiri bukan? coba saja kalian panggil manusia manapun "Perfect!" Semuanya pasti tersipu, tersenyum, dan mampu menegakkan kepala mereka setinggi-tingginya. Ohhh.. kok bisa yah? Bisa donk! karena itulah salah satu hal yang menunjukkan mereka penuh kekurangan. Buat apa bangga bila mereka memang sempurna? Justru kebanggaan itulah yang menunjukkan kekurangan mereka. Ya memang simpul-simpul dari kekurangan yang manusia miliki terkadang juga suka usil. Kerjaannya membelit sana sini ihhh memperkeruh suasana saja. Egois! Sombong! Licik! Teriak mereka secara lantang ketika tak sengaja terbelit. Sungguh senang kita melihat maling teriak maling dimana yang diteriaki justru malah dihajar beramai-ramai.

Itulah manusia, kuat diluar lemah didalamnya. Melempem! biar kata mampu tersenyum sana sini didalamnya pasti menangis-nangis. Berusaha menangisi kekurangannya yang dihujat orang lain. Makanya, siapa coba yang tidak tergoda untuk lahir kembali? Tengok saja tetangga sebelah si Elis. Dua kali mencoba untuk lahir kembali tapi tetap saja selalu berkutat dengan masalah. "Ya maaf... salah saya ini mbak" "Ya maaf.. salah saya ini kak" "Ya maaf.. salah saya ini mas" miris melihatnya menyalahkan diri sendiri atas dosa yang ia tidak pernah berbuat. Lain Elis lain Dino, sudah 4 kali lebih ia terlahir kembali. Ucapannya hanya "Saya tobat pak! makanya izinkanlah saya untuk lahir kembali. Boleh kan?" Yaa tapi semuanya selalu berhujung kepada dosa yang tak pernah berhenti ia perbuat. "Useless itu mah" kata orang pinter, buat apa mencoba lahir kembali tapi isinya toh sama saja? buang-buang tenaga. Contohlah Ronald, semua tawaran untuk lahir kembali ia tolak mentah-mentah. Beuuuuh hebat kan dia? Gimana tidak hebat, ia mampu kok untuk memaklumi kekurangan manusia manapun. Ada yang disenggol, dia tidak marah. Ada yang berbuat dosa, dia cuma merem. "Maklum.. Namanya juga manusia.. Penuh kekurangan kita boy" ujarnya.

Sunday, July 18, 2010

REVIEW: The Sorcerer's Apprentice


Kolaborasi Jerry Bruckheimer Films dengan Walt Disney Pictures sebenarnya merupakan kolaborasi yang menarik, contohnya saja hasil dari kolaborasi mereka di dalam ketiga film Pirates Of Carribean yang telah mendulang sukses ataupun di dalam franchise National Treasure. Kesuksesan ini nyatanya membuat mereka untuk tetap menghasilkan karya-karya yang lebih lanjut, misalnya saja seperti film The Sorcerer's Apprentice ini. Sebuah film yang disutradarai oleh John Turtelhaub serta diproduseri oleh Jerry Bruckheimer, kedua orang yang pernah bekerjasama dalam menghasilkan film National Treasure. Film ini terinspirasi dari segmen The Sorcerer's Apprentice yang terdapat dalam film kartun klasik Walt Disney di tahun 1940 berjudul Fantasia. Dimana di dalam film kartun tersebut sang Apprentice diperankan oleh karakter Disney yang terkenal, Mickey Mouse.

Ceritanya sendiri tentu tidak sama dengan versi animasi Walt Disney tersebut karena film ini bukanlah remake langsung dari film Fantasia melainkan sebuah live action yang berbeda. Bercerita tentang seorang pemuda bernama Dave Stutler (Jay Baruchel), mahasiswa jurusan fisika di NYU yang ternyata mempunyai kemampuan tersembunyi dalam ilmu sihir. Suatu ketika Dave bertemu dengan Balthazar Blake (Nicolas Cage) dan diangkat menjadi Apprenticenya. Balthazar sendiri adalah seorang penyihir berusia lebih dari 1000 tahun yang selama ini mencari Prime Merlinean, sosok yang merupakan keturunan dari penyihir Merlin yang juga mewarisi kekuatannya. Sayang ternyata Dave juga harus berhadapan dengan Musuh bebuyutan dari Balthazar yakni Maxim Horvarth (Alfred Molina), penyihir yang merupakan mantan teman Balthazar sekaligus murid ketiga dari Merlin selain Balthazar dan penyihir wanita bernama Veronica (Monica Belluci). Dalam petualangan yang ia hadapi diantara kebaikan dan kejahatan serta perlawanan terhadap penyihir-penyihir jahat, Dave harus bisa bertahan sekaligus menguasai kekuatan tersembunyi di dalam dirinya.

Cerita film ini memang tidak begitu rumit dimana merupakan cerita petualangan Dave mencari jati dirinya dengan bantuan dari Balthazar sebagai mentornya. Sisanya merupakan sub plot yang terdiri dari format-format khas film pada umumnya ya misalnya saja seperti cerita cinta. Ringan, penuh efek, dan komedi, itulah tiga kata yang menggambarkan film ini. Sesuai dengan eksekusinya yang ringan serta mudah dicerna, film ini lantas menjadi film yang simple namun entertaining sehingga cocok ketika diusung sebagai summer movies meskipun beberapa aspek ceritanya jelas mengalami kekurangan. Efek yang digunakan di dalam filmnya sendiri cukup menarik dan tidak sedikit meskipun memang efeknya tidak terlalu "Wah". Nah dari sisi komedinya film ini lebih unggul karena ada banyaknya adegan yang akan mengundang tawa penonton. Satu hal lagi yang menarik adalah penggambaran ilmu sihir yang di dalam film sengaja dikaitan dengan ilmu sains dan fisika. Yaa kapan lagi kita bisa melihat sihir dapat dikaitkan dengan ilmu pengetahuan?

Untuk para pemainnya sendiri yang cukup menonjol adalah Jay Baruchel, dimana perannya sebagai Dave menonjol dan mampu menguasai perannya sebagai seorang pemuda yang polos namun mengundang tawa. Sementara itu Teresa Palmer yang berperan sebagai Becky, pujaan hati dari Dave dapat dikatakan sebagai pemanis filmnya saja. Dengan wajah yang dalam beberapa scene mirip Kristen Stewart namun berambut pirang (Yup!! Kristen Stewart!), pemeran Becky ini sangat amat disayangkan tidak dapat membangun chemistry yang cukup baik dengan karakter Dave yang diperankan oleh Jay. Namun setidaknya ia lebih baik daripada Monica Belluci yang bisa dibilang hanya tampil sangat sebentar di dalam film ini, bahkan tidak begitu penting. Lain dengan Alfred Molina berperan sebagai Maxim Horvarth, musuh besar dari Balthazar. Ia orang kedua yang cukup saya sukai perannya di dalam film ini. Lalu bagaimana dengan Nicholas Cage? Apakah ia tenggelam di filmnya kali ini? Ya untungnya dia cukup berhasil dalam memerankan Balthazar dan sedikit tidak mengulangi sebagaimana peran-perannya yg cukup payah di beberapa film belakangan. Untuk Soundtrack di dalam filmnya sendiri diisi oleh Trevor Rabin, komposer yang pernah menggarap scoring franchise National Treasure serta Armageddon. Dimana scoring-scoringnya saya rasa cukup tepat di dalam film ini terutama di dalam adegan kejar-mengejar di dalam film.


Tentu pada akhirnya film ini menjadi franchise yang sangat berpeluang di masa mendatang. Walaupun tergantung dari pihak Disney dan Jerry apakah mereka ingin terus melanjutkan film ini dengan sedikit tambahan sentuhan sihir lagi atau tidak. Bagaimana pun juga film ini cukup cocok untuk ditonton diwaktu luang meskipun akan lewat begitu saja setelah selesai ditonton. Oh iya, satu hal yang penting yang dapat saya sarankan, jangan pergi sebelum credits title benar-benar habis karena ada post credits scene yang akan muncul. Menampilkan salah satu tribute untuk Fantasia dimana tribute lainnya juga muncul di salah satu scene di dalam film.

7/10