Kolaborasi Jerry Bruckheimer Films dengan Walt Disney Pictures sebenarnya merupakan kolaborasi yang menarik, contohnya saja hasil dari kolaborasi mereka di dalam ketiga film Pirates Of Carribean yang telah mendulang sukses ataupun di dalam franchise National Treasure. Kesuksesan ini nyatanya membuat mereka untuk tetap menghasilkan karya-karya yang lebih lanjut, misalnya saja seperti film The Sorcerer's Apprentice ini. Sebuah film yang disutradarai oleh John Turtelhaub serta diproduseri oleh Jerry Bruckheimer, kedua orang yang pernah bekerjasama dalam menghasilkan film National Treasure. Film ini terinspirasi dari segmen The Sorcerer's Apprentice yang terdapat dalam film kartun klasik Walt Disney di tahun 1940 berjudul Fantasia. Dimana di dalam film kartun tersebut sang Apprentice diperankan oleh karakter Disney yang terkenal, Mickey Mouse.
Ceritanya sendiri tentu tidak sama dengan versi animasi Walt Disney tersebut karena film ini bukanlah remake langsung dari film Fantasia melainkan sebuah live action yang berbeda. Bercerita tentang seorang pemuda bernama Dave Stutler (Jay Baruchel), mahasiswa jurusan fisika di NYU yang ternyata mempunyai kemampuan tersembunyi dalam ilmu sihir. Suatu ketika Dave bertemu dengan Balthazar Blake (Nicolas Cage) dan diangkat menjadi Apprenticenya. Balthazar sendiri adalah seorang penyihir berusia lebih dari 1000 tahun yang selama ini mencari Prime Merlinean, sosok yang merupakan keturunan dari penyihir Merlin yang juga mewarisi kekuatannya. Sayang ternyata Dave juga harus berhadapan dengan Musuh bebuyutan dari Balthazar yakni Maxim Horvarth (Alfred Molina), penyihir yang merupakan mantan teman Balthazar sekaligus murid ketiga dari Merlin selain Balthazar dan penyihir wanita bernama Veronica (Monica Belluci). Dalam petualangan yang ia hadapi diantara kebaikan dan kejahatan serta perlawanan terhadap penyihir-penyihir jahat, Dave harus bisa bertahan sekaligus menguasai kekuatan tersembunyi di dalam dirinya.
Cerita film ini memang tidak begitu rumit dimana merupakan cerita petualangan Dave mencari jati dirinya dengan bantuan dari Balthazar sebagai mentornya. Sisanya merupakan sub plot yang terdiri dari format-format khas film pada umumnya ya misalnya saja seperti cerita cinta. Ringan, penuh efek, dan komedi, itulah tiga kata yang menggambarkan film ini. Sesuai dengan eksekusinya yang ringan serta mudah dicerna, film ini lantas menjadi film yang simple namun entertaining sehingga cocok ketika diusung sebagai summer movies meskipun beberapa aspek ceritanya jelas mengalami kekurangan. Efek yang digunakan di dalam filmnya sendiri cukup menarik dan tidak sedikit meskipun memang efeknya tidak terlalu "Wah". Nah dari sisi komedinya film ini lebih unggul karena ada banyaknya adegan yang akan mengundang tawa penonton. Satu hal lagi yang menarik adalah penggambaran ilmu sihir yang di dalam film sengaja dikaitan dengan ilmu sains dan fisika. Yaa kapan lagi kita bisa melihat sihir dapat dikaitkan dengan ilmu pengetahuan?
Untuk para pemainnya sendiri yang cukup menonjol adalah Jay Baruchel, dimana perannya sebagai Dave menonjol dan mampu menguasai perannya sebagai seorang pemuda yang polos namun mengundang tawa. Sementara itu Teresa Palmer yang berperan sebagai Becky, pujaan hati dari Dave dapat dikatakan sebagai pemanis filmnya saja. Dengan wajah yang dalam beberapa scene mirip Kristen Stewart namun berambut pirang (Yup!! Kristen Stewart!), pemeran Becky ini sangat amat disayangkan tidak dapat membangun chemistry yang cukup baik dengan karakter Dave yang diperankan oleh Jay. Namun setidaknya ia lebih baik daripada Monica Belluci yang bisa dibilang hanya tampil sangat sebentar di dalam film ini, bahkan tidak begitu penting. Lain dengan Alfred Molina berperan sebagai Maxim Horvarth, musuh besar dari Balthazar. Ia orang kedua yang cukup saya sukai perannya di dalam film ini. Lalu bagaimana dengan Nicholas Cage? Apakah ia tenggelam di filmnya kali ini? Ya untungnya dia cukup berhasil dalam memerankan Balthazar dan sedikit tidak mengulangi sebagaimana peran-perannya yg cukup payah di beberapa film belakangan. Untuk Soundtrack di dalam filmnya sendiri diisi oleh Trevor Rabin, komposer yang pernah menggarap scoring franchise National Treasure serta Armageddon. Dimana scoring-scoringnya saya rasa cukup tepat di dalam film ini terutama di dalam adegan kejar-mengejar di dalam film.
Ceritanya sendiri tentu tidak sama dengan versi animasi Walt Disney tersebut karena film ini bukanlah remake langsung dari film Fantasia melainkan sebuah live action yang berbeda. Bercerita tentang seorang pemuda bernama Dave Stutler (Jay Baruchel), mahasiswa jurusan fisika di NYU yang ternyata mempunyai kemampuan tersembunyi dalam ilmu sihir. Suatu ketika Dave bertemu dengan Balthazar Blake (Nicolas Cage) dan diangkat menjadi Apprenticenya. Balthazar sendiri adalah seorang penyihir berusia lebih dari 1000 tahun yang selama ini mencari Prime Merlinean, sosok yang merupakan keturunan dari penyihir Merlin yang juga mewarisi kekuatannya. Sayang ternyata Dave juga harus berhadapan dengan Musuh bebuyutan dari Balthazar yakni Maxim Horvarth (Alfred Molina), penyihir yang merupakan mantan teman Balthazar sekaligus murid ketiga dari Merlin selain Balthazar dan penyihir wanita bernama Veronica (Monica Belluci). Dalam petualangan yang ia hadapi diantara kebaikan dan kejahatan serta perlawanan terhadap penyihir-penyihir jahat, Dave harus bisa bertahan sekaligus menguasai kekuatan tersembunyi di dalam dirinya.
Cerita film ini memang tidak begitu rumit dimana merupakan cerita petualangan Dave mencari jati dirinya dengan bantuan dari Balthazar sebagai mentornya. Sisanya merupakan sub plot yang terdiri dari format-format khas film pada umumnya ya misalnya saja seperti cerita cinta. Ringan, penuh efek, dan komedi, itulah tiga kata yang menggambarkan film ini. Sesuai dengan eksekusinya yang ringan serta mudah dicerna, film ini lantas menjadi film yang simple namun entertaining sehingga cocok ketika diusung sebagai summer movies meskipun beberapa aspek ceritanya jelas mengalami kekurangan. Efek yang digunakan di dalam filmnya sendiri cukup menarik dan tidak sedikit meskipun memang efeknya tidak terlalu "Wah". Nah dari sisi komedinya film ini lebih unggul karena ada banyaknya adegan yang akan mengundang tawa penonton. Satu hal lagi yang menarik adalah penggambaran ilmu sihir yang di dalam film sengaja dikaitan dengan ilmu sains dan fisika. Yaa kapan lagi kita bisa melihat sihir dapat dikaitkan dengan ilmu pengetahuan?
Untuk para pemainnya sendiri yang cukup menonjol adalah Jay Baruchel, dimana perannya sebagai Dave menonjol dan mampu menguasai perannya sebagai seorang pemuda yang polos namun mengundang tawa. Sementara itu Teresa Palmer yang berperan sebagai Becky, pujaan hati dari Dave dapat dikatakan sebagai pemanis filmnya saja. Dengan wajah yang dalam beberapa scene mirip Kristen Stewart namun berambut pirang (Yup!! Kristen Stewart!), pemeran Becky ini sangat amat disayangkan tidak dapat membangun chemistry yang cukup baik dengan karakter Dave yang diperankan oleh Jay. Namun setidaknya ia lebih baik daripada Monica Belluci yang bisa dibilang hanya tampil sangat sebentar di dalam film ini, bahkan tidak begitu penting. Lain dengan Alfred Molina berperan sebagai Maxim Horvarth, musuh besar dari Balthazar. Ia orang kedua yang cukup saya sukai perannya di dalam film ini. Lalu bagaimana dengan Nicholas Cage? Apakah ia tenggelam di filmnya kali ini? Ya untungnya dia cukup berhasil dalam memerankan Balthazar dan sedikit tidak mengulangi sebagaimana peran-perannya yg cukup payah di beberapa film belakangan. Untuk Soundtrack di dalam filmnya sendiri diisi oleh Trevor Rabin, komposer yang pernah menggarap scoring franchise National Treasure serta Armageddon. Dimana scoring-scoringnya saya rasa cukup tepat di dalam film ini terutama di dalam adegan kejar-mengejar di dalam film.
Tentu pada akhirnya film ini menjadi franchise yang sangat berpeluang di masa mendatang. Walaupun tergantung dari pihak Disney dan Jerry apakah mereka ingin terus melanjutkan film ini dengan sedikit tambahan sentuhan sihir lagi atau tidak. Bagaimana pun juga film ini cukup cocok untuk ditonton diwaktu luang meskipun akan lewat begitu saja setelah selesai ditonton. Oh iya, satu hal yang penting yang dapat saya sarankan, jangan pergi sebelum credits title benar-benar habis karena ada post credits scene yang akan muncul. Menampilkan salah satu tribute untuk Fantasia dimana tribute lainnya juga muncul di salah satu scene di dalam film.
7/10
No comments:
Post a Comment